welcome in mai pages

bagaimana pun pendapat kamu tentang blog mai,
mai berharap blog yang mai buat berguna buat kamu

Selasa, 29 Januari 2008

gagal napas akut

I. PENGERTIAN
• Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
• Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
• Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)

II. ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusat

Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2. Kelainan neurologis primer

Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks

Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma

Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar
5. Penyakit akut paru

Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

6. Penyakit kardiovaskular

7. Pasca bedah toraks, laparotomi tinggi


III. PATOFISIOLOGI

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.

Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).

Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opioid. Pnemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.

Tiga mekanisme patologi yang mendasari terjadinya gagal nafas akut, yaitu

Hipoventilasi

Hipoventilasi didefinisikan sebagai keadaan dengan kadar CO2 arteri lebih dari 45 mmHg akibat berkurangnya udara yang mencapai alveolus, dengan perkataan lain ventilasi alveolus menurun.

Ventilasi alveolus = (isi pasang surut-ruang rugi) X laju nafas.

Hipotensi dapat terjadi akibat obstruksi jalan nafas, gangguan neuromuskulus, depresi pernafasan.

Gangguan difusi

Gangguan difusi gas terjadi akibat penebalan membran alveolus kapiler, misalnya pada keadan fibrosis interstitial, pneumonia interstitial, penyakit kolagen seperti skleroderma, penyakit membran hialin.

Kapasitas difusi CO2 adalah 20 kali lebih besar dari kapasitas difusi O2, sehingga pada gangguan difusi gejala yang pertama kali timbul adalah hipoksemia, biasanya diikuti oleh kompensasi berupa hiperventilasi berakibat PaCO2 menjadi rendah, apabila kompensasi tersebut gagal maka PaCO2 menjadi normal atau tinggi. Jadi keadaan hipoksemia dapat disertai hipokarbia, normokarbia, atau hiperkarbia. Sebaliknya bila hiperkarbia hampir selalu diikuti hipoksemia (pada suhu kamar).

Pintasan intra pulmoner, ruang rugi dan gangguan perbandingan ventilasi perfusi (V/G mismatch)

Pintasan intra pulmoner diartikan sebagai darah yang memperfusi paru tidak mangalami pertukaran gas karena alveolusnya tidak terventilasi, misalnya pada atelektasis.

Ruang rugi merupakan keadaan yang sebaliknya yaitu alveolus yang berventilasi tidak dapat melakukan pertukaran gas berhubung bagian paru tersebut tidak diperfusi oleh darah, contohnya pada emboli paru.

Pada paru normal perbandingan ventilasi atau perfusi adalah 0,85. pada gangguan ventilasi atau perfusi perbandingan tersebut dapat menjadi besar, contohnya pada paru yang mengalami hipoperfusi misalnya pada renjatan, sebaliknya pada keadaan obstruksi parsial atau asma, ada bagian paru yang mengalami hipoventilasi sehingga perbandingan ventilasi atau perfusi menjadi kecil.

IV. TANDA DAN GEJALA KLINIS

A. Tanda

Gagal nafas total

• Aliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.

• Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi

• Adanya kesulitasn inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan

Gagal nafas parsial

• Terdengar suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.

• Ada retraksi dada

B. Gejala klinis

• Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)

• Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)

Batuk dan berdahak

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan gas-gas darah arteri

Hipoksemia

Ringan : PaO2 <>

Sedang : PaO2 <>

Berat : PaO2 <>• Pemeriksaan rontgen dada

Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui

• Hemodinamik

Tipe I : peningkatan PCWP
• EKG

Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan Disritmia

Perubahan pola nafas dan pemeriksaan respirasi

Laju nafas

Penggunaan otot nafas pembantu

Isi semenit

VI. PENATALAKSANAAN MEDIS

Kunci untuk pengobatan gagal nafas akut adalah antisipasi terhadap kondisi ini selanjutnya untuk menghadapi kejadian yang ditimbulkannya. Tujuan penatalaksanaan untuk pasien gagal nafas akut adalah sebagai berikut:

Membuat oksigenasi arteri adekuat, dengan memeberi perfusi jaringan adekuat

Meniadakan penyebab dasar dari gagal nafas akut

Adapun terapi medis yang dilakukan yaitu:
• Terapi oksigen

Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
• Perbaiki ventilasi

Perbaikan jalan nafas

Ventilasi bantuan : memompa dengan sungkup muka berkantung (bag and mask), IPPB

Ventilasi kendali : IPPV, IPPV + PEEP
• Inhalasi nebuliser
• Fisioterapi dada
• Pemantauan hemodinamik/jantung
• Pengobatan

Bronkodilator

Steroid
• Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

Pengobatan spesifik yang ditujukan pada etiologinya

Tidak ada komentar: